Kamis, 04 November 2010

KEMANAKAH ENGKAU BAPAK PERTIWI?




KEMANAKAH ENGKAU BAPAK PERTIWI?

“Kulihat ibu pertiwi.. sedang bersusah hati. Air matanya berlinang..mas intan yang ku kenang. “ merupakan secuil dari lirik yang sering kita dengarkan ketika terjadi banyak sekali bencana yang menimpa negeri ini. Pertanda apakah ini? Apakau tuhan sudah mencapai puncak kesabaran atas tindakan manusia yang merusak bumi ciptaannya? Hanya ialah tuhan sang maha pencipta langit dan bumi yang tahu. Bencana akan terus melanda jika manusia tidak mampu mengelola alam dengan baik. Untuk meminimalisasi hal itu, manusia harus dapat membaca tanda-tanda alam.
Minggu-minggu ini dunia dihebohkan oleh bencana bertubi-tubi yang diterima oleh bangsa Indonesia. Mulai dari bencana wasior, dilanjutkan dengan gempa beserta Tsunami yang menyerang Mentawai, serta yang hingga saat ini masih belum berhenti adalah Meletusnya gunung Merapi. Beberapa tahun lalu Bumi Serambi Mekah Aceh dilanda tsunami yang menewaskan ratusan ribu orang, menorehkan kepedihan bagi kita sebagai warga sesama bangsa. Perlawanan alam terhadap manusia tampaknya belum dapat diatasi dengan baik.
Manusia dengan segala keserakahannnya selalu melupakan akibat yang mungkin muncul dari perbuatannya.. Perjalanan bencana demi bencana melanda Indonesia tampaknya terus bergulir. Kalau Aceh dilanda tsunami menewaskan ratusan ribu nyawa manusia, maka pada pulau yang sama di wilayah barat Sumatera yakni Mentawai, juga diempas tsunami.
Sebelum tsunami mengempaskan ratusan korban tewas serta ratusan lainnya hilang, didahului gempa tektonik berkekuatan 7,2 Skala Richter. Lima tahun terakhir ini Kepulauan Mentawai selalui dilanda gempa secara berturut-turut dengan guncangan tertinggi pernah mencapai 7,9 Skala Richter. Namun korban tewas terbanyak dari gempa kali ini.
Bantuan kemanusiaan terus berdatangan ke bumi Mentawai. Namun tiba-tiba Merapi di Jawa Tengah menunjukkan keperkasaannya dengan melontarkan debu dan awan panas yang pengaruhnya sampai berkilo-kilometer jaraknya dari Gunung Merapi. Kepanikan warga sekitar Merapi ditanggapi dingin oleh kepulan awan panas yang mencapai 800 derajat celcius. Pepohonan, binatang, dan tubuh manusia dibuat gosong akibat pancaran panas yang dikeluarkan awan Merapi menimbulkan ratapan tangis yang masih terus bersahutan. Bahkan sang juru kunci Merapi yang dikenal dengan nama Mbah Marijan, turut tewas. Sang Mbah yang sempat menjadi artis dadakan setelah membintangi sebuah brand minuman suplemen bersama salah satu petinju nasional pun wafat dalam keadaan bersujud dengan sangat bersahaja.
Ibu Pertiwi semakin tua dan rentan, kemanakah sang bapak pertiwi? Ketika Ibu sudah tidak mampu lagi menahan segala cobaan yang menderanya, maka sosok Bapak pertiwilah yang mampu menolong, atau setidaknya memberikan semangat ibu pertiwi yang membutuhkan bantuannya. Maka sosok bapak pertiwi tersebut bias kita ambil alih saat ini, menjadi seorang bapak tidaklah . Bentuk pertanggungan jawab dapat kita wujudkan denganperilaku kita yang bertanggung jawab dalam segala hal. Jika kitaa berlaku layaknya bapak/suami sejati niscaya doa sang ibu pertiwi akan diterima dan dikabulkan oleh tuhan yang maha kuasa.