Selasa, 04 Oktober 2011

Tampak, tampar.


Terkadang Cinta sulit tampak, namun tampar itu bisa jadi perwujudan cinta


Sebuah kisah mempertemukan wanita dan pria di sebuah hubungan bertemakan cinta.
Keduanya merasakan indah dan hangat kasih hanya sementara
Si lelaki terlalu banyak menampilkan tamparan
Kekerasan batin yang dialami oleh pasangan wanita terlalu dalam
Sering mereka membahas hal ini
Sang lelaki terlalu sering meminta maaf, tapi tampar menjadi senjata utama
Sang wanita pun! Sring memaafkan dan sering menyumpahkan segala kekesalan akibat tamparan
Akhirnya setelah sang lelaki bosan ia mengurangi jumlah tamparan begitu pula ia jarang tampak dirumah.
merekapun berpisah
tragis
Bagaimana kisah ini berjalan harmonis jika Tampar lebih banyak daripada tampak?



Kisah selanjutnya berasal dari pasangan yang hanya memperbesar proses tampak daripada tampar.
Suami berasal dari keluarga kurang mampu
Istri adalah pemilik tunggal warisan keluarga yang takkan habis selama 7 turunan
Suami sangatlah penyabar dan memanjakan istri, karena menganggap hidupnya tergantung dengan sang istri.
Istri merasa dialah segalanya, uang dan harta darinya maka ia berhak berlaku semena-mena.
Suami lebih sering tampak memintakan maaf apabila istrinya bersalah di kehidupan bermasyarakat.
Istri pun makin menjado-jadi karena suami kurang tegas dan tidak pernah menampar, baik secara fisik (karena persalah0 maupun batin (berupa nasihat/petuah)
Kejadian ini terus terjadi dan membuat istri bosan.
Suami hanya bisa pasrah
Istri pun mencari pria idaman lain.
Merakapun berpisah.
Suami kembali miskin dan meninggal dalam kemelaratan
Tragis
.
.
.
.
.
.
.
.
Maka sayang tampar lah aku maka aku akan seringa tampak dihadapanmu.
Dan aku akan menamparmu jika kau jarang tampak dihadapanku.
Adil bukan?
Aku sayang kamu *PLAK!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar